Hubungan Keseimbangan Antara Pendidik dan Peserta Didik (4)


Pola Hubungan
Pendidikan dan pelatihan tidak akan sampai kepada tujuan yang ditargetkan bilamana salah satu dari dua unsur yang saling terkait ( pendidik dan peseta didik) tidak bersinergis dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu menjalin hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik, bahkan menurut Hasan al-Banna, hubungan antara pendidik dengan anak didik itu seharusnya bagaikan orang tua dan anak yang memiliki kedekatan secara emosional. Peserta didik biasanya akan lebih mudah menerima pelajaran kalau mereka dikondisikan dalam situasi nyaman dan merasa dihargai layaknya di rumah sendiri. Pendidik ataupun pelatih harus pandai mendekati peserta didiknya dan menciptakan situasi yang menyenangkan sebelum pembelajaran dimulai, juga harus bisa membuat mereka tetap bersikap santun.
Trust (kepercayaan) adalah unsur paling penting yang harus ada dalam hubungan pendidik dengan peserta didik. Jika peseta didik tidak memiliki kepercayaan yang bulat dan mendalam kepada pendidik/pelatihnya, maka sebaik apa pun kemampuan menguasai materi, tidak akan berpengaruh banyak pada keberhasilan pendidikan. Peserta didik mungkin menguasai materi pelajaran dengan baik, tetapi ia tidak berhasil membangun jiwanya. 
Dalam mendidik dan melatih umat, Mohammad Natsir sebagai seorang maestro ternyata kunci keberhasilannya dalam mendidik umat dan melatih mereka, iamenampakkan hubungan yang harmonis dengan mereka, akrab tapi tegas. Bahkan di waktu luang, ia datang berkunjung ke rumah-rumah mereka, dan sering datang bersilaturrahim ke rumah-rumah orang tua mereka.
Tuntutan terhadap pendidik agar membangun hubungan dengan peserta didik dan berupaya menyenangkan hati mereka dalam mengikuti pembelajaran,semakin menjadi issu dalam dunia pendidikan dan pelatihan. Sebab menurut Seto, bilamana suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik akan lebih semangat dalam menerima pelajaran.
Adanya rasa kasih sayang dari pendidik kepada peserta didik tentunya bukanlah sesuatu yang aneh terutama dalam pendidikan Islam, sebab para pakar pendidikan Islam sebelumnyapun selalu mewanti-wanti terhadap seseorang yang akan bertugas sebagai pendidik. Ibn Qayyim umpamanya sangat ketat dalam mensyaratkan dan memilih seseorang yang akan mengemban tugas sebagai murabbyi, ia harus memiliki persyaratan berikut :
1.      Kasih sayang kepada yang kecil dan selalu menghibur mereka, menganggap mereka sebagai anaknya dan menjadikan dirinya sebagai bapakny..
2.      Merealisasikan wasiat Rasul SAW mengenai perintah agar selalu memeperhatikan anak didiknya.
3.      Peran dan tugas seorang murabbiy tidak hanya terbatas pada mentransfer ilmu kepada anak didiknya dan tidak pula merasa cukup hanya dengan mengembangkan sisi ilmiah belaka dengan memberikan teori-teori keilmuan, tetapi di samping tugas yang demikian, dia juga bertanggung jawab untuk mengawasi amaliah anak didiknya dan akhlak mereka di majlis ilmunya.
4.      Kasih sayang dan kelembutan seorang murabbiy kepada anak didiknya, namun tidak berarti menghalanginya untuk memberi hukuman kepada mereka jika memang hukuman itu diperluka"


Penutup
Aspek yang sangat menentukan bagi tumbuhnya sikap respect ( al-‘inãyah) dari peserta didik terhadap pendidiknya adalah terbangunnya pola hubungan yang harmonis dan terwujudnya kepercayaan ( trust ) yang bulat( tanpa saling mencurigai dan saling menyalahkan). Ini berarti, menumbuhkan rasa hormat peserta didik terhadap pendidik harus berbarengan dengan upaya membangun kepercayaan. Secara terus menerus perlu membangun dan menjaganya, meski sudah tidak lagi mendidik dan melatih mereka.
Ikatan emosi antara pendidik dengan peserta didik sangat berperan dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif dan sekaligus punya pandangan aspektatif terutama dalam membangun kepribadian mereka menuju manusia yang berperadaban sejati, mencintai kebenaran, tetap dalam kebenaran, dan selalu memperjuangkan terwujudnya kebenaran itu ( bukan mencari-cari pembenaran).
No comments:
Write komentar