Diagram Uji Tarik
Sebagai
Tugas Mata Kuliah Mekanika Teknik II
Oleh :
Santika Aji 09050524068
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian
bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan
sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM
E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan
dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen
untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan
kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat
uji tarik antara lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.
1. Manfaat dilakukannya uji tarik
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan
pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan
tersebut.
Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan
tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate
Tensile Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa
Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.
Hukum Hooke (Hooke’s Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap
sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah
linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang
vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban
dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ =
F/A F: gaya
tarikan, A: luas penampang
Strain: ε = ΔL/L ΔL:
pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E = σ / ε
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita
modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang
menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs strain).
Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva
dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu
tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini
kerap disingkat kurva SS (SS curve).
Gbr.2 Kurva tegangan-regangan
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.
Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).
Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada
spesimen
Perubahan panjang dari spesimen
dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur
regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi
perubahan regangan.
2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji
tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.5.
Gbr.5 Profil data
hasil uji tarik
Pembahasan istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman
pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa melakukan uji tarik
mulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
Batas elastisσE ( elastic limit) Dalam Gbr.5 dinyatakan
dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian
bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula
(tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol”
pada titik O (lihat inset dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai
melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan
permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent
strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%,
tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang
universal mengenai nilai ini. [1]
Batas proporsional σp (proportional limit) Titik sampai
di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation) Yaitu
perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila
bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress) Tegangan maksimum
sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke
plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress) Tegangan rata-rata daerah
landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya
disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh εy (yield strain) Regangan permanen
saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain) Regangan yang
diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain) Regangan
yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain) Merupakan
gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εe+εp. Perhatikan
beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total.
Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan
yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile
strength) Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan
besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength) Pada
Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas
jelas antara perubahan elastis dan plastis Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah
linier dan landing yang jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai
tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini
disebut offset-strain (Gbr.6).
Gbr.6 Penentuan
tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah
Pa (Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya dibahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi
hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis
yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut
lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari
5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap
energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan
(Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume(Joule/m3
atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang
diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah
kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan
regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang bahan
secarareal time. Detail definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat
dilihat pada Gbr.7.
Gbr.7 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan
sebenarnya
Referensi:
1. Material Testing (Zairyou Shiken).
Hajime Shudo. Uchidarokakuho, 1983.
2. Material Science and Engineering: An
Introduction. William D. Callister Jr. John Wiley&Sons, 2004.
3. Strength of Materials. William Nash.
Schaum’s Outlines, 1998.
Daftar
pustaka :
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-logam/
No comments:
Write komentar