2.1
Teori
Pendidikan Esensialisme
1.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan
sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan
sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur
yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan bertujuan
mencapai standart akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
2.
Metode pendidikan
a.
Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered)
b.
Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul
mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar.
c.
Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui
diskusi dan pemberian tugas, penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian
informasi dan membaca.
3.
Pelajar
Siswa adalah
mahluk rasional dalam kekuasaan fakta & keterampilan-keterampilan pokok
yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berfikir.
4.
Pengajar
a.
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi & menguasai
kegiatan –kegiatan di kelas.
b.
Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan
nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau gagasan.
5.
Pandangan Esensialisme Mengenai Belajar
Idealisme,
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada
taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk
memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. belajar dapat
didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi
spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
6.
Pandangan Esensialisme
Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa
kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang
kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum
itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan
ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan
dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau
keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen
yang telah ditentukan.
Bogoslousky mengutarakan di samping menegaskan
supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu
dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang
mempunyai empat bagian:
1. Universum:
Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup
manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata
surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam
kodrat yang diperluas.
2. Sivilisasi:
Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan
sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar
kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera .
3. Kebudayaan:
Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat,
kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
4. Kepribadian:
Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak
bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah
diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual
sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan
kemanusiaan ideal.
Robert Ulich berpendapat bahwa meskipun pada
hakikatnya kurikulum disusun secara fleksibel karena perlu mendasarkan atas
pribadi anak, fleksibilitas tidak tepat diterapkan pada pemahaman mengenai
agama dan alam semesta. Untuk ini perlu diadakan perencanaan dengan keseksamaan
dan kepastian. Butler mengemukakan bahwa sejumlah anak untuk tiap angkatan baru
haruslah dididik untuk mengetahui dan mengagumi Kitab Suci. Sedangkan Demihkevich
menghendaki agar kurikulum berisikan moralitas yang tinggi .
Realisme mengumpamakan
kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu sama lain yaitu
disusun dari paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Susunan ini
dapat diutarakan ibarat sebagai susunan dari alam, yang sederhana merupakan
fundamen at au dasar dari susunannya yang paling kompleks. Jadi bila kurikulum
disusun atas dasar pikiran yang demikian akan bersifat harmonis.
No comments:
Write komentar